“Kenapa?”
“Karena kau adalah perempuanku.”
“Lantas?”
“Aku hanya ingin kau jadi milikku; aku. Saja.”
“Aku tidak mengerti.”
“Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Apa kau pernah mendengar kisah ini.”
“Haha....”
“....”
“Jadi karena itu, kau harus tahu; hanya karena aku perempuan, hawanya adam, bukan berarti aku milikmu. Menurutimu, melayanimu. Jadi budakmu. Aku tidak pernah berharap diciptakan dari tulang rusukmu, mencurinya. Ambil saja hidupku, jika kau tidak setuju pendapatku.”
“Sombong sekali.”
“Sombong. Angkuh, angkuh sekali.”
Ya, seperti ibu. Aku melihatmu, bu. Sosok didepanku ini, apakah dirimu?
“Cincin ini aku kembalikan.”
“Itu aku berikan padamu. Tolong jangan kembalikan.”
“Aku tak ingin diikat.”
“Itu hadiah, bukan pengikat.”
“Kau yakin?”
“Ya, aku..., aku..., aku..., aaarrrgh”
“Oke. Aku percaya.”
“Kau tahu, aku hanya ingin melindungi.”
“Burung, tidak pernah mengharap hidup dalam sangkar emas.”
Ibu, kau benar-benar hadir di sini. “Maafkan aku. Terbanglah bebas, jelajahi alammu, burung mungil.”
“Jangan takut. Burung tidak pernah lupa arah pulang ke sarangnya.”
No comments:
Post a Comment
silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.
komentar akan muncul setelah disetujui.