Monday, 10 January 2011

pak tua dan gulo kacang #3

“Kacang, mbak.” Tawarnya sambil tersenyum. Hm..., manis. Saya membayangkan gigitan gulo kacang, gula merah bercampur air liur. Luber di lidah. Tak sadar saya menjilat-jilat bibir. Benar-benar manis! Lagi-lagi saya menghampiri pak tua dan gerobaknya. Sialan. Padahal beberapa hari ini sedang diet kacang. Saya termakan mitos yang dikasih tahu teman beberapa hari lalu; konsumsi kacang dapat menyebabkan jerawat. Dahi dan pipi saya sudah sesak dengan bintik-bintik merah dan noda-noda hitam bekas jerawat.

Beruntung, duit sepuluh ribu yang dikantong bukan milikku. Titipan teman saya. Waktu saya cerita tentang pak tua dan gula kacangnya, dia bilang saya mirip ayahnya. Sama-sama suka gulo kacang. Tak apa tidak turut mencicipi, beli saja saya sudah senang.

Ketika kutawari daganganku, kulihat dia menjilat-jilat bibir sambil memejamkan mata. Apakah dia sedang membayangkan nikmatnya kacang dan gula merah bercampur air liur? Terasa sekali manisnya saat luber di lidah. Kesekian kali dia menghampiri gerobakku. Aku tidak tahu kenapa dia masih suka makan gulo kacang, padahal aku lihat jerawat di pipnya banyak jerawat dan noda-noda hitam. Kan, kata orang sering-sering makan kacang nanti timbul jerawat.

Kali ini dia beli sepuluh ribu. Biasanya Cuma satu. Aku jadi sedikit curiga, jangan-jang titipan seseorang yang mirip dengannya. Sama-sama suka gulo kacang. Tak apalah kalau bukan uangnya, ada yang beli saja sudah senang. Apalagi sebanyak ini.
Lagi, dia menghampiri pak tua saat ditawari kacang. Bagaimana bisa menolak? Bayangan gulo kacang bercampur liur dan luber di lidah begitu menggodanya. Alangkah manisnya. Sampai mejilat-jilat bibir segala. “banyok konsumsi kacang, bisa menyebabkan jerawat, loh” aku mengingatkannya. Jerawat sudah memadati dahi dan pipinya. Mana, meninggalkan bekas kehitam-hitaman juga.

Lihat dari caranya berkisah, aku tahu dia lwbih menikmati beli gulo kacang daripada rasanya. Aku teringat ayah yang juga suka gulo kacang. Duit sepuluh ribu kuberikan padanya. Aku sendiri tidak terlalu suka. Yang penting dia senang, ayah senang. Tak apa tidak turut mencicipi.

*** *** ***

No comments:

Post a Comment

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...