Apa yang kamu
pikirikan sesaat setelah membaca sebuah puisi? Mungkin di antara kita ada yang
dibikin bingung; ini puisi maksudnya apa sih,, gelap banget. Mungkin juga ada
yang senyum-senyum mencerna romantis di dalamnya, atau berdecak kagum akan
keindahan rangkaian kata-katanya. Ada juga yang habis baca puisi, semangatnya
makin membara.
Dari semua yang
pernah saya baca, ada satu yang bikin saya terenyuh, sampai menangis. Meski
berkali-kali dibaca, selalu menyisakan sendu. Catatan, sebuah puisi dari Wiji
Thukul. Mungkin gara-gara sebelumnya membaca tulisan Menunggu Bima Pulang, yang
pernah dipublikasikan di Majalah Inovasi, dan juga riwayat singkat Wiji Thukul
yang ditulis Linda Christanti.
Catatan, ia seolah
mewakili suara mereka -yang diambil paksa dari rumah dan tak pernah kembali….
Catatan
Wiji
Thukul
Gerimis menderas
tengah malam ini
Dingin dari telapak
kaki hingga ke sendi-sendi
Dalam sunyi hati
menggigit lagi
Ingat
Saat pergi
Cuma pelukan
Dan pipi kiri
kananmu
Kucium
Tak sempat mencium
anak-anak
Khawatir
Membangunkan
tidurnya (terlalu nyenyak)
Bertanya apa mereka
saat terjaga
Aku tak asa
(seminggu sesudah itu
Sebulan sesudah itu
Dan ternyata lebih
panjang dari yang kalian harapkan!)
Dada mengepal
perasaan
Waktu itu
Cuma berbisik
beberapa patah kata
Di depan pintu
Kau lepas aku
Meski matamu tak
terima
Karena waktu sempit
Aku harus gesit
Genap 1/2 tahun aku
pergi
Aku masih bisa
merasakan
Bergegasnya pukulan
jantung
Dan langkahku
Karena penguasa
fasis
Yang gelap mata
Aku pasti pulang
Mungkin tengah malam
ini
Mungkin subuh hari
Pasti
Dan mungkin
Tapi jangan
Kau tunggu
Aku pasti pulang dan
pasti pergi lagi
Karena hak telah
dikoyak-koyak
Tidak di kampus
Tidak di pabrik
Tidak di pengadilan
Bahkan rumah pun
Mereka masuki
Muka kita sudah
diinjak!
Kalau kelak
anak-anak bertanya mengapa
Dan aku jarang
pulang
Katakan
Ayahmu tak ingin
jadi pahlawan
Tapi dipaksa menjadi
penjahat
Oleh penguasa
Yang sewenang-wenang
Kalau mereka
bertanya
"Apa yang
dicari?"
jawab dan katakan
dia pergi untuk
merampok haknya
yang dirampas dan
dicuri
"dia pergi
untuk merampok haknya, yang dirampas dan
dicuri." Kata-kata ini sangat berkesan bagi saya. Hak kita, ia tidak jatuh
ke pangkuat kita begitu saja. Untuk mendapat hak kita, ia bahkan harus direbut
paksa, dirampok…. Wiji Thukul, menyadari benar itu.
Aku nggak bisa memahami puisi. Terlalu bertele-tele. Ngomong langsung ajalah..
ReplyDeletetergantung jenis puisinya juga. saya lebih suka puisi yang seperti bercerita :)
ReplyDeletehak memang adalah kebutuhan dasar setiap manusia,
ReplyDeletetapi sebelum hak terpenuhi, maka kewajiban terlebih dahulu harus terpenuhi agar tak ada lagi hak yang terampas dan tercuri :-)
yang akhirnya ia tak pernah pulang lagi.. :(
ReplyDeletemerampok kembali hak kita ... ini kalimat yang emosional
ReplyDeletePuisi bisa ga berima juga ya? Tapi keren sih kata2 nya
ReplyDeletepuisi jaman orde baru, kalau aku paling suka sih sama joko pinurbo doank kalau masalah puisi'a :)
ReplyDelete