Sebentar lagi kampus
saya akan punya rektor baru. Setelah sekian tahun rektor kampus saya satu orang
itu saja. Mulai jaman nama kampusnya masih UIIS, Stain, sampai jadi UIN kayak
sekarang. Kira-kira lebih dari 12 tahun lah…
Ini pasti kabar
gembira bagi hadirin setia acara-acara besar kampus yang mewajibkan rektor
ceramah sambutan. Sebab mereka tidak akan mendengar satu album kaset yang
diputar terus-terus. Kampus ini sudah begini,
berprestasi begitu, dan punya mahasiswa internasional dari negara sana-sini,
punya program unggulan blah-blah-blah, dan bayak mencontohnya….. Kira-kira
begitulah kalau calon mantan rektor saya ngasih sambutan di setiap kesempatan. Saya pernah bertemu
seorang ibu, waktu tahu saya anak UIN, si ibu langsung tanya, rektornya masih
yang lama? Sudah tua yah, kuk belum ada penggantinya yang muda? Kalau sambutan
suka ngulang-ngulang yah… mungkin sudah tua kali, ya, mbak. Saya mesam-mesem
menanggapi.
Kabar burung yang
beredar (gak tahu deh burung dari mana), dari 4 bakal calon sebenarnya yang
dijagokan cuma satu. Yang lainnya sebagai pelengkap gitu. Dan mungkin itu
sedikit benar. Beberapa hari lalu waktu penyampaian visi-mis calon rektor,
hanya 1 yang yang terlihat bersemangat dan yakin akan terpilih. Sisanya seperti
presentasi biasa di kelas. Malah ada 1 calon tidak hadir. Sakit katanya.
Saya jadi teringat
masa sma dulu. Waktu pemilihan ketua OPPK
Putri (semacam OSIS gitu) saya dan teman-teman satu angkatan sudah sepakat
memilih Aan sebagai ketua, Naila jadi
wakil, saya jadi sekretaris, dan Leli jadi Bendahara. Sampai struktur-struktur
kecilnya sudah kami siapkan semua.
Tapi OPPK Demisioner
punya aturan sendiri yang harus kami taati soal regenerasi. Katanya kami perlu
belajar menjalankan pesta demokraasi yang baik dan benar. Menurut aturan,
jabatan ketua diisi oleh calon dengan suara pemilih terbanyak, jabatan
sekretaris dan bendahara diisi oleh calon-calon sisanya. Ini berarti, biar saya
atau Leli dan Naila tidak ingin jadi ketua, mau gak mau harus ikut serangkain
acara pemilihan agar struktur yang sudah kami sepakati sebelumnya tidak
berubah.
Mula-mula dibentuk
kelompok (partai) untuk tiap calon. Anggota-anggotanya ini yang akan
mensosialisaikan dan mengampanyekan calon ketua ke semua siswa. Lalu ada malam
jajak pendapat, kampanye monologis, kampanye dialogis, psikotes (kayak mau
lamar kerja ajah :D), sampai malam ploncoan khusus sama pengurus demisioner.
Ploncoan, habisnya ini mengingatkan saya pada malam MOS. Jam 12 belas
dibangunkan, dan di suruh ke sekolah, dan masuk ruangan untuk diinterogasi dan
suruh macam-macam.
Untuk menyiasati
biar massa tidak terkecoh selama masa kampanye, kami menugaskan mata-mata untuk
menyebarluaskan propoganda ke adik-adik kelas: Dek, ingat! Jangan lupa yang
dipilih itu mbak Aan yah…
Semuanya saya lewati
dengan perasaan enteng. Tanpa beban sama sekali. Saya menikmati ini sebagai
permainan drama. Kecuali saat harus berbicara depan umum. Saya suka grogi dan
mules.
Well, saya harap
pemilihan rektor bisa lebih demokratis dan dewasa :)
Semoga rektor baru
bisa memberi perubahan. Sebab sepertinya yang namanya rektor itu jauh dari
mahasiswa. Gak merakyat. Tersembunyi di balik menara gading gedung rektorat.
Rektor cuma bisa ditemui saat pembukaan OSPEK, seminar-seminar yang
mendatangkan menteri anu, gubernur itu, dan dirjen ini. Atau minta tanda tangan
proposal kegiatan, itu juga jarang-jarang.
Saya sangat ingin
melihat adik-adik tingkat saya bisa hidup bebas di bawah kebijakan yang memang
bijaksana. Saya tidak ingin melihat mereka harus terkungkung satu tahun di
asrama yang buka sampai pukul 09.00 malam. Mereka tidak harus wajib mengikuti
kuliah bahasa Arab dari pukul 14.00-20.00 selama dua semester penuh, tiap
Senin-Jumat (ngalah-ngalahin anak pesantren.) Mereka-mereka ini kelak tidak
boleh jadi korban pencitraan kampus.
Semestinya mereka
bisa punya banyak waktu luang untuk belajar lain-lain yang juga penting, misal
mengembangkan bakat-minat di unit aktivitas mahasiswa, menyalurkan hasrat
berorganisasi, ikut club-club debat, atau sekadar baca buku di perpustakaan.
Hopefully…
semoga rektor kedepannya lebih baik, dan bisa membawa kampus lengkap dengan harapan2nya ke arah yg lebih baik. amin
ReplyDeleteaku kayaknya udah komen di posting ini tapi kok ga ada :"(
ReplyDeleteSemoga rektornya amanat dan menjadikan kampus lebih baik. Semangat buat Novi dan teman-teman yang liputan yak :D
ReplyDeleteaku kok ga berkenan dgn mos yah... ga islami gitu
ReplyDelete* 5 cm di bilang film cinta2an dari trailernya gitu... dan aku dibilangin film cinta2an ga pantas ditonton muslim
@mbak bekti: amin, amin, amin.
ReplyDelete@mbak annesya: nyangkut be'e...
@dian: semoga yah! aku sdh mulai pensiun, dian... smster tua.
@catatan: krg paham islami atau tidaknya. tapi soal ploncoan dan penindasan, saya juga gak berkenan :)