dari timbunan file di leptop :) |
Saya baru baca berita, (calon) Mantan Rektor saya,
Imam Suprayogo, terpilih sebagai Cendekiawan Pluralis-Inklusif (gak ngerti dah
apa artinya) dalam Manado Post Award 2012. Tak lama setelah saya tahu kalau Pak
Imam sebelumnya menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Gubernur
Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang. *baca britanya smbil geleng-geleng kepala.
Yang ada dalm bayangan saya, ibu-ibu bertemu dalam
arisan, saling memuji sebagai basa-basi. "Baju kamu bagus deh, jeung"
sambil gerak-gerakin tasnya.
"Ah, masa sih. Tas kamu juga keren banget. Nyewa
di mana?"
Hei, pencitraan itu seperti pelacur tua yang susah
payah membedaki wajah dan mengolesi gincu di bibir tebal-tebal serta menutupi
tubuhnya dengan pakaian yang mengelabui umurnya. Sekilas, umur biologisnya
mungkin terlihat lebih mudah, seperti remaja atau gadis awal 20-an. Tapi kita
sama-sama tahu. Di balik bedak dan lipstik yang tebal terdapat kulit yang
keriput. Dan di balik helaian pakaian yang menggoda, terdapat tulang rapuh
binti keropos.
#catatanmahasiswageje
Wooooo, sebut nama... Ati-ati, nanti kena UU ITE, biarpun mungkin opini kamu benar :)
ReplyDeletewell, tapi saya tahu..
Deletemereka orang2 besar yang lapang menerima masukan :)
Bagi yang cuma menyaksikan mungkin cuma pencitraan, tetapi bagi yang memberi dan menerima, mungkin itu adalah ajang balas budi... :D
ReplyDeletepamrih dong :D
Deleteiya kasih2an gelar ada apa kah? jangan2 habis ini mau bikin parpol terus nyalonin presiden?? <<< kepo
ReplyDeletemembangun jaring laba-laa dulu yeh..
Deletepencitraan=topeng
ReplyDeletekurang lebih yah,, jadi mari kita korek2 topengnya :)
Deletekalau aku sedng sebal sama pencitraan gubernur ibukota negara kita, pendukungnya sudah menganggap dia dewa
ReplyDelete*soal galau/sedih itu aku kutip dari kajian salim a fillah
ini mantan rektornya baca gak ya... :D
ReplyDelete