Haus.
Dahaga sekali
Seolah ruang di
dadaku hampa
Di antara dua belah
dada
Hanya udara musim
kemarau yang menyapu setiap jengkal rongga
Menyisakan kering
dan dinding merekah
Segera kureguk habis
air. Sat gelas dan dua
Tidak perlu bir.
Cukup air saja.
Mengisi penuh dadaku
Sampai penuh
Tumpah
Lalu mengalir
mencari jalan keluar
Bawa sisa kenangan
tentangmu serta
Aku terdiam sejenak
Aku pikir; sudah
waktunya berhenti mengejarmu
Sebab semakin
mengejarmu
Semakin haus kurasa…
Malang,
13 Juni 2012
Keren ni blognya, puisinya entah kenapa terkesan maskulin hehe
ReplyDeletehalo Benazier,
Deletemaskulin? haha. mungkin karena cinta begitu sangat dan berhasrat tinggi mengejarnya... itu lebih banyak dilakukan cowok dibanding cewek..
kunjungan perdana, salam kenal dulu :)
ReplyDeletesaya follow ya ^^
hei,, selamat datang
Deletedan salam hangat :)