Tuesday, 8 November 2016

tertuduh

pict from here


Saya cuek, bukan berarti sama sekali tidak peduli. Saya cuek, bukan berarti sama sekali tidak peka. Saya ceplas-ceplos, bukan berarti sama sekali tidak menghargai perasaan orang lain. Ada saat di mana saya bisa begitu sensitif, meski hanya karena hal-hal yang kamu anggap kecil dan sepeleh. 

Setiap orang punya batas, tembok yang membentengi dirinya dari orang lain. Membentengi dari teman atau mantan. 

Dari seorang sahabat terbaik, saya belajar satu hal. Ia tipe orang yang tidak suka punya banyak koleksi/barang. Satu, dua, cukup. Jika rusak, tidak segera ia buang, lalu membeli yang baru. ia akan memperbaiki benda tersebut, lalu dipakai lagi. ia akan membuangnya jika memang sudah benar-benar tak dapat diperbaiki.  

Dalam bergaul, saya menerapkan filosofi teman saya tadi. Saya senang membangun jembatan dengan orang lain, dan akan menjaganya baik-baik. Satu kesalahan kecil, tentu dimaafkan. Dilukai sekali, tak mengapa. Toh, sudah tentu, dalam suatu hubungan pertengkaran selalu ada. Ia semacam bumbu yang menyedapkan.

Namun, segala sesuatu ada batasnya. Jika batas sudah diseberangi, dan hubungan tak sanggup lagi dipertahankan, mungkin sudah saatnya kita bakar saja jembatan yang menghubungkan kita.  

Kamu boleh menertawai saya di belakang, atau memaki di hadapan saya. Tapi menuduh? Saya tidak suka itu. Apalagi jika jelas-jelas saya tidak pernah melakukan itu.

Seumur-umur main facebook, seorang teman sesama PKL, saat mahasiswa dulu, terpaksa saya block. Sebab ia menuduh saya untuk hal yang, ah... sudahlah. 

Bagi saya, ketika kamu menuduh seseorang, itu artinya kamu sedang meragukan ia. Mungkin bukan meragukan, lebih tepatnya tak menaruh kepercayaan. Mana mungkin kamu percaya padanya, jika kamu yakin ia melakukan hal yang tak dilakukannya. 

Baru-baru ini hal itu kembali terjadi. Seorang menuduh saya, saya bahkan tak pernah bermimpi dan berkhayal tentang hal seperti itu. Apa yang saya lakukan? saya tidak memblock dia di jejaring medsos. Kekanakan sekali. 

Sebab kami dekat, tentu saya maafkan. Tapi, saya rasa semua tak lagi sama. Mungkin ini cobaan. Entah Menjauhkan, atau justru mengeratkan...     


 

4 comments:

  1. apik mpok..,
    dirimu iki nggarai eling masa-masa pas PKL ae

    ReplyDelete
    Replies
    1. eak... pasti ingat masa muda yah, mas. waktu masih bujang. hahah

      Delete
    2. Mpok, dirimu sekarang udah nggak membujang kan? masa' kalah sama konco2 PKL.

      Buruan kirimin undangannya mpok,

      Delete

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...