Paling makan ati dah kalo berurusan sama birokrasi dan administrasi...
Beberapa bulan lalu saya menyambangi bagian administrasi pusat kampus, ijazah dan KTP dibawa serta. Saya hendak mengurus profil biodata saya yang keliru dan tidak sesuai antara identitas satu dengan yang lain. Misal tanggal lahir saya di transkrip nilai sementara tertulis; 30 Desember 1899. Serasa baru kelur dari lembaran buku sejarah :*
Alamat rumah saya juga keliru. Harusnya 5E ditulis S5. Saya tak habis pikir. Tulisan saya di form yang jelek atau pengentri data yang salah baca.
Sepeleh, tapi menurut saya penting. Siapa tahu suatu hari kelak akan berguna menyambung silaturahmi antara saya dengan teman-teman atau dengan fakultas dan universitas sendiri.
Kepada petugasnya saya bilang kalau mau memperbaiki data-data saya. Saya tunjukkan transkrip nilai saya yang keliru itu dan bilang kalau data profil saya di SIAKAD juga ada yang salah, sehingga mempengaruhi surat keterangan beasiswa juga. 'Jadi ini mau diganti semua, mbak?' Tanya si mas, kelihatannya masih muda, magang.
Mungkin dia tanya untuk memastikan saja. Tapi kuping saya geli dengarnya. Dalam hati saya mau jawab #1 'Gak, mas. Saya cuma kasih tahu aja.' #2 'Gak, mas. Ke sini mo ngecengin sampean ae og.'
Sebelum pulang saya bertanya lagi memastikan apa data bisa langsung diperbaiki, otomatis terperbarui dan terintegrasi. Saya benar-benar berharap kelak tidak ada kekeliruan lagi jika ada data pribadi saya yang dipublikasikan universitas.
Nyatanya, saya sedikit kecewa demi melihat SK yudisium, alamat rumahnya juga salah. Bukan apa-apa, tapi saya merasa sudah mengkonfirmasi, jadi semestinya kesalahan sepeleh seperti ini tidak perlu terulang...
Karena di buku wisuda juga salah, saya penasaran profil saya yang di siakad. Ternyata benar dugaan saya. Tidak ada perubahan.
Giliran ijazah dan transkrip sudah jadi, masih ada ajah insiden nilai c+ itu... Alhasil, saya harus mengurus lagi ke administrasi pusat. Saya menemui petugas berbeda kali ini. Dia meminta saya menunggu, paling tidak seminggu kemudian.
Menunggu, menurut teori relativitas, seminggu serasa setahun!
Saya kembali seminggu setelahnya, and guess what?? Petugasnya bilang belum jadi.
Katanya sieh transkrip saya masih di fakultas, masih menunggu tanda tangan pembantu dekan. Sepertinya selama hampir sebulan dibikin ribet sama alasan begini, saya berinisiatif mengurus sendiri. Saya langsung tancap gas ke fakultas. Alhamdulillah.... Transkrip saya ternyata sudah ditandatangani, sudah lama nongkrong di laci Pak Aidar~ bagian administrasi fakultas. Beliau memberikannya langsung kepada saya.
"Sudah saya beresin semuanya" ujar saya sambil maksa senyum manis ke petugas administrasi. Saya serahkan map transkrip dari Pak Aidar ke dia. Sembari senyum-ketawa kagok gak jelas dia tanya. "Kok, fakultas gak telpon saya?"
Halo, mas. Kalo kata lagu dangdut; fakultasku memang dekat, 5 langkah dari kantormu. Tak perlu kirim surat, sms juga gak usah...
*pict from visualize
bwakaka taun lahirnya sesuai dengan jiwamu tuh... hahaha #ngakakPuas
ReplyDeletekelahiran 89 yah, kita seumuran dong :3
sabar bu, tapi overall kalau univ. swasta di Jakarta cepet tuh pelayanannya. Kalau kagak cepet, ya ancam aja, bayar uang semester bakal pending, hehehe
ReplyDelete@k nesya. 1991, mak... diubah 1899 lah jauh banget toh...
ReplyDelete@andy: lah kalo di almamaterku bayar di muka. G boleh kuliah kalo blum byar spp
keruwetan birokrasi sudah menulari kampus2 di indonesia, jadi tak heran kalau alumninya yang jadi pejabat di kantor2 pemerintahan kebanyakan, walau tak semua, juga ikut2an membuat birokrasi yang super duper dengan istilah kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah,
ReplyDeleteHappy Independence Day For My Indonesia...Merdeka !!!