langit dan laut, setiap hari |
Perjalanan
pulang kali ini saya anggap perjalanan wisata. Dengan KM Tidar saya berlayar ke
Tual. Kapal ini milik PT. Pelni. Ia murah dan merakyat. Cukup Rp500 ribu, saya
sudah bisa dapat tiket ekonomi tujuan Tual. Penumpang senantiasa padat. Kalau
tidak cepat, kadang-kadang tidak dapat tempat tidur yang sudah disediakan.
Banyak yang akhirnya bersyukur bisa tidur di depan ruang informasi, sekitar
mushala, bahkan di tangga-tangga dek. Bagi penumpang yang menginginkan perjalanannya
lebih aman, nymana dan sedikit mewah, bisa membeli tiket kelas 3, 2, 1 atau
VIP.
port of makassar |
KM
Tidar bertolak dari Tanjung Perak, Surabaya, melewati Makassar, Bau-bau, Ambon,
Banda Naira, hingga akhirnya tiba di pelabuhan Yos Sudarso-Tual. Sekali mendayung,
dua tiga pulau terlampaui. Ia akan singgah di masing0masing pelabuhan sekitar 2-3 jam lamanya. Tergantung
jumlah muatan dan penumang tiap pelabuhan. Semakin banyak, semakin lama.
masih di pelabuhan makassar |
Itulah yang saya tunggu~tunggu
selama perjalanan. Saya akan menyempatkan diri berjalan~jalan sebentar sekitar
pelabuhan. Pertama~tama dicari, tentu saja rumah makan. Pedagang kaki lima pun
jadi. Selama di laut, saya benar~benar tidak pernah menyentuh jatah makanan
yang disediakan kapal --tahu lah macam apa makanan yang dimasak untuk sekian
ribu orang. Paling hanya buah dan sedikit makanan kafetaria untuk mengganjal
perut.
lama-lama jadi suka foto laut-langit... |
Di Makassar, bisa menikmati kuliner
khas seperti Coto Makassar yang terkenal itu. Kalau saya paling ngiler saat
tiba di Bau~bau. Sangkola alias suami, dibuat dari olahan ketela singkong,
bentuknya kayak gunung. Enak dimakan selagi hangat, sebagai pengganti nasi.
Jangan lupa pesan ikan bakar yah ;)
Semakin ke timur, wisata kuliner
ikannya semakin beragam. Kebetulan ketika sampai Ambon, sudah banyak rumah
makan yang tutup. Biasanya warung-warung ini selalu sedia ikan bakar.
Terakhir, sebelum masuk Tual, ada
satu pulau lagi yang disinggahi kapal. Pulau Banda Naira. Di sini, bukan perut
saja yang bisa dipuasin. Kalau kamu termasuk pencinta sejarah, Banda tempatnya.
Keluar pelabuhan langsung disambut museum dan masjid untuk mengenang Bung Hatta
dan Bung Syahrir. Keduanya dulu pernah diasingkan di pulau Banda. Semakin
masuk, semakin banyak tempat yang ditemui, salah seperti rumah bekas
pengasingan Hatta-Syahrir, rumah budaya dan beberapa bangunan kuno yang masih
dilestarikan. Puncaknya, benteng Belgica yang bisa ditempuh
dengan ojek, becak, atau jalan kaki kalau kuat :)
Laut banda juga indah, ia terkenal
dengan lautnya yang dalam. Mau nyelam atau renang sepertinya juga bisa, tapi
belum pernah lihat penumpang nekat berenang @.@
Jangan heran yah liat
foto-fotomya... Namanya juga di kapal. Kalau di dalam dek, kanan-kiri
muka-belakang yang tampak depan mata adalah manusia dan beraneka barang bawaan.
Keluar dek, sepanjang mata memandang hanya laut menghampar dan langit memayung.
Jadi, jangan sampai kamu ketiduran saat kapal sedang berlabuh….
meninggalkan banda, menuju tual.. |
fotonya bagus baguuussssss :O
ReplyDeletelah, berat badan gak nambah itu? tiap singgah yang dicari cuman makanan... hehehe
ReplyDelete