Saturday, 31 August 2013

tayando maule..


setelah sekian tahun, saya bisa dengan puas menikmati kampung halaman. beginilah kondisinya. penduduk yang dulu dikenal sebagai petani kelapa-kopra dan nelayan, sekarang sudah banyak beralih profesi sebagai pembudidaya rumput laut. foto di atas ini, penampakan rumput laut yang sedang dijemur. harga jualnya lumayan, 10/kg.



Tayando, itu kampung saya. tepatnya tayando yamru. ia pulau kecil yang bisa ditempuh dari tual dengan perahu motor atau kapal feri. sekitar 4 jam perjalanan. penduduknya menempati sepanjang pesisir pantai. sedang bagian daratan dan hutan di baliknya difungsikan untuk berkebun. 



saya bahagia bertemu dengan sanak famili di kampung. semua orang baik dan ramah. lebih-lebih, setiap kali melihat saya, mereka teringat almarhum bapa saya. ia saudara mereka yang paling ramah. 




mama saya juga merasa senang selama seminggu di kampung. kalau soal biaya hidup, makan terutama, di sini lebih murah memang. paman saya, sembari merawat rumput laut, bisa memancing atau menjala ikan untuk dibawa pulang. jika tidak sempat, kami bisa beli sendiri. harganya juga jauh lebih murah dibanding di kota. 10 ribu, sudah dapat 15-20 ekor ikan palala. 



sehari-hari, saya menghabiskan waktu berkeliling kampung. mengikuti sepanjang garis pantai. ditemani sepupu-sepupu saya yang masih kecil. kadang-kadang berdua saja dengan mama saya. duduk diam di belakang rumah bibi saya. memandang laut, menunggu matahari tenggelam. menunggu waktu berbuka tiba. 



yang unik selama di kampung, toa dari masjid selalu mengumandangkan surat ar-rahman setiap kali masuk waktu salat. mungkin cuma satu kaset itu yang ada di masjid. "fabiayialairabbikumaatukadziban..." dengan nikmat serta rizki yang melimpah, daratan yang subur, laut dengan aneka ragam kehidupan di dalamnya. maka, nikmat tuhan manakah lagi yang kau ingkari? ia semacam pengingat, bagi penduduk kampung untuk senantiasa mensyukuri nikmat tuhan yang melimpah, dengan meramaikan masjid-Nya...


mari, kembangkan layarmu ke tayando.. ke maluku..




 






Friday, 23 August 2013

perjalanan ke timur


langit dan laut, setiap hari



Perjalanan pulang kali ini saya anggap perjalanan wisata. Dengan KM Tidar saya berlayar ke Tual. Kapal ini milik PT. Pelni. Ia murah dan merakyat. Cukup Rp500 ribu, saya sudah bisa dapat tiket ekonomi tujuan Tual. Penumpang senantiasa padat. Kalau tidak cepat, kadang-kadang tidak dapat tempat tidur yang sudah disediakan. Banyak yang akhirnya bersyukur bisa tidur di depan ruang informasi, sekitar mushala, bahkan di tangga-tangga dek. Bagi penumpang yang menginginkan perjalanannya lebih aman, nymana dan sedikit mewah, bisa membeli tiket kelas 3, 2, 1 atau VIP.   
port of makassar

KM Tidar bertolak dari Tanjung Perak, Surabaya, melewati Makassar, Bau-bau, Ambon, Banda Naira, hingga akhirnya tiba di pelabuhan Yos Sudarso-Tual. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Ia akan singgah di masing0masing  pelabuhan sekitar 2-3 jam lamanya. Tergantung jumlah muatan dan penumang tiap pelabuhan. Semakin banyak, semakin lama.  
masih di pelabuhan makassar



Itulah yang saya tunggu~tunggu selama perjalanan. Saya akan menyempatkan diri berjalan~jalan sebentar sekitar pelabuhan. Pertama~tama dicari, tentu saja rumah makan. Pedagang kaki lima pun jadi. Selama di laut, saya benar~benar tidak pernah menyentuh jatah makanan yang disediakan kapal --tahu lah macam apa makanan yang dimasak untuk sekian ribu orang. Paling hanya buah dan sedikit makanan kafetaria untuk mengganjal perut.   

lama-lama jadi suka foto laut-langit...

Di Makassar, bisa menikmati kuliner khas seperti Coto Makassar yang terkenal itu. Kalau saya paling ngiler saat tiba di Bau~bau. Sangkola alias suami, dibuat dari olahan ketela singkong, bentuknya kayak gunung. Enak dimakan selagi hangat, sebagai pengganti nasi. Jangan lupa pesan ikan bakar yah ;) 

 
meninggalkan bau-bau yang mendung

Semakin ke timur, wisata kuliner ikannya semakin beragam. Kebetulan ketika sampai Ambon, sudah banyak rumah makan yang tutup. Biasanya warung-warung ini selalu sedia ikan bakar.
 
Terakhir, sebelum masuk Tual, ada satu pulau lagi yang disinggahi kapal. Pulau Banda Naira. Di sini, bukan perut saja yang bisa dipuasin. Kalau kamu termasuk pencinta sejarah, Banda tempatnya. Keluar pelabuhan langsung disambut museum dan masjid untuk mengenang Bung Hatta dan Bung Syahrir. Keduanya dulu pernah diasingkan di pulau Banda. Semakin masuk, semakin banyak tempat yang ditemui, salah seperti rumah bekas pengasingan Hatta-Syahrir, rumah budaya dan beberapa bangunan kuno yang masih dilestarikan. Puncaknya, benteng Belgica yang bisa ditempuh dengan ojek, becak, atau jalan kaki kalau kuat :)

 
meninggalkan gunung banda

Laut banda juga indah, ia terkenal dengan lautnya yang dalam. Mau nyelam atau renang sepertinya juga bisa, tapi belum pernah lihat penumpang nekat berenang @.@


Jangan heran yah liat foto-fotomya... Namanya juga di kapal. Kalau di dalam dek, kanan-kiri muka-belakang yang tampak depan mata adalah manusia dan beraneka barang bawaan. Keluar dek, sepanjang mata memandang hanya laut menghampar dan langit memayung. Jadi, jangan sampai kamu ketiduran saat kapal sedang berlabuh…. 

meninggalkan banda, menuju tual..

Sunday, 18 August 2013

babak baru...

Hari ini, bukan saja minggu ceria, melainkan juga minggu spesial.

Beberapa dari teman dan kerabat saya melangsungkan momen spesial mereka di hari ini, 18 Agustus... Dan saya turut berbahagia serta merayakan momen spesial ini.

Teman saya, Cindi, si empunya blog secangkirkopipanas, akan melangsungkan pernikahn. Begitu juga dengan teman smp saya, Siska yang tinggal di Madiun.

Berhubung saya sudah di Tual, saya tidak bisa menghadiri pernikahan mereka. Tapi doa dan restu saya selalu menyertai :)

Sementara di rumah, kami sekeluarga beserta keluarga besar mama saya akan melaksanakan hajatan antar ongkos, semacam saserahan menjelang pernikahan Om Fakih minggu depan...

selamat berlayar menuju hidup baru...

*gambar dari undangannya cindi

Saturday, 10 August 2013

#basi 1

Paling makan ati dah kalo berurusan sama birokrasi dan administrasi...

Beberapa bulan lalu saya menyambangi bagian administrasi pusat kampus, ijazah dan KTP dibawa serta. Saya hendak mengurus profil biodata saya yang keliru dan tidak sesuai antara identitas satu dengan yang lain. Misal tanggal lahir saya di transkrip nilai sementara tertulis; 30 Desember 1899. Serasa baru kelur dari lembaran buku sejarah :*

Alamat rumah saya juga keliru. Harusnya 5E ditulis S5. Saya tak habis pikir. Tulisan saya di form yang jelek atau pengentri data yang salah baca.

Sepeleh, tapi menurut saya penting. Siapa tahu suatu hari kelak akan berguna menyambung silaturahmi antara saya dengan teman-teman atau dengan fakultas dan universitas sendiri.

Kepada petugasnya saya bilang kalau mau memperbaiki data-data saya. Saya tunjukkan transkrip nilai saya yang keliru itu dan bilang kalau data profil saya di SIAKAD juga ada yang salah, sehingga mempengaruhi surat keterangan beasiswa juga. 'Jadi ini mau diganti semua, mbak?' Tanya si mas, kelihatannya masih muda, magang.

Mungkin dia tanya untuk memastikan saja. Tapi kuping saya geli dengarnya. Dalam hati saya mau jawab #1 'Gak, mas. Saya cuma kasih tahu aja.' #2 'Gak, mas. Ke sini mo ngecengin sampean ae og.'

Sebelum pulang saya bertanya lagi memastikan apa data bisa langsung diperbaiki, otomatis terperbarui dan terintegrasi. Saya benar-benar berharap kelak tidak ada kekeliruan lagi jika ada data pribadi saya yang dipublikasikan universitas.

Nyatanya, saya sedikit kecewa demi melihat SK yudisium, alamat rumahnya juga salah. Bukan apa-apa, tapi saya merasa sudah mengkonfirmasi, jadi semestinya kesalahan sepeleh seperti ini tidak perlu terulang...

Karena di buku wisuda juga salah, saya penasaran profil saya yang di siakad. Ternyata benar dugaan saya. Tidak ada perubahan.

Giliran ijazah dan transkrip sudah jadi, masih ada ajah insiden nilai c+ itu... Alhasil, saya harus mengurus lagi ke administrasi pusat. Saya menemui petugas berbeda kali ini. Dia meminta saya menunggu, paling tidak seminggu kemudian.

Menunggu, menurut teori relativitas, seminggu serasa setahun!

Saya kembali seminggu setelahnya, and guess what?? Petugasnya bilang belum jadi.

Katanya sieh transkrip saya masih di fakultas, masih menunggu tanda tangan pembantu dekan. Sepertinya selama hampir sebulan dibikin ribet sama alasan begini, saya berinisiatif mengurus sendiri. Saya langsung tancap gas ke fakultas. Alhamdulillah.... Transkrip saya ternyata sudah ditandatangani, sudah lama nongkrong di laci Pak Aidar~ bagian administrasi fakultas. Beliau memberikannya langsung kepada saya.

"Sudah saya beresin semuanya" ujar saya sambil maksa senyum manis ke petugas administrasi. Saya serahkan map transkrip dari Pak Aidar ke dia. Sembari senyum-ketawa kagok gak jelas dia tanya. "Kok, fakultas gak telpon saya?"

Halo, mas. Kalo kata lagu dangdut; fakultasku memang dekat, 5 langkah dari kantormu. Tak perlu kirim surat, sms juga gak usah...

*pict from visualize

Wednesday, 7 August 2013

Ied mubarok

Bertepatan dengan lebaran yang tinggal hitungan jam: saya mohon maaf, terutama karena sudah sebulan tidak menyuguhkan postingan sama sekali. Atau sekadar berkunjung ke laman teman~teman.

Dan, tidak perlu repot~repoot minta maaf balik. Sebab kalian sudah saya maafkan :D

Happy ied mubarok :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...