Aku pernah bermimpi
dalam tidurku. Aku memimpikan diriku. Aku yang sudah menikah. Punya empat anak
lucu, menggemaskan, dan, tentu saja, nakal. Ada juga seorang lelaki di sana,
mimpiku. Kami memanggilnya 'Papa.'
Kami menempati rumah
yang tdak mungil, tidak juga terlalu besar. Meskipun begitu, halaman rumah kami
cukup luas. Halaman depan penuh bebungaan; favoritku kembang kantor. Latar
belakang untuk sepetak tegalan. Ada pohon mangga dan rambutan.
Setiap pagi aku akan
melepas suami dan anak sulungku yang hendak bekerja dan sekolah. Mengantar
mereka sampai jalan depan rumah. Aku akan mengajak dan mengajari si bungsu yang
masih dalam gendongan, melambaikan tangan saat mobil melaju. Dua anak kembarku
akan berlari mengikuti mobil, berlari-lari kecil di belakangnya sampai mobil
menghilang di ujung jalan.
Dulu, aku pernah
bekerja di sebuah penerbitan. Namun setelah malaikat kecilku berjumlah lebih
dari dua, aku memilih resign. Sekarang,
aku hanya sesekali menerima pekerjaan freelance sebagai penerjemah. Inilah yang
kulakukan sekarang. Mengurusi keluarga kecilku; memasakkan makanan favorit
anak-anak dan Papa mereka; mnyetrika baju, menyiram tanaman; dan masih seabrek
pekerjaan rumah lagi…
Bahagia. Di usia
muda, punya suami, anak, dan rumah. Meski tak punya pekerjaan tetap,
penghasilan masih tetap ada.
Hanya saja, seperti
yang aku bilang sedari awal. Semua kebahagiaan itu hanya mimpi. Mimpi yang
hanya singgah sebentar dalam tidurku. Saat aku terjaga, aku sadari satu hal.
Mimpi itu, ia bukan manifestasi keinginan terdalamku. Ia ada dalam mimpiku,
tapi bukan hal yang aku impikan. Bukan mimpiku. Ia mimpi makhluk-makhluk di
luarku yang menuntut aku menjadi seperti itu.
Mimpi itu, bisa saja
ia milik ibu dan ayahku yang sudah tak sabar menggendong cucu. Mungkin juga
mimpi pacar aku, yang sudah tidak sabar mengkavling aku sebagai Nyonya X.
Menyandangkan namanya kepadaku.
Barangkali ia mimpi
sauda-saudaraku. Mereka kelak akan kasihan, lebih-lebih malu, sekiranya dalam sejarah keluarga besar
ada seseorang yang disebut-sebut sebagai perawan tua...
jangan khawatir, itu mimpi semua wanita muda. aku juga mimpi gitu, cuma ga sampe kebawa mimpi :p
ReplyDeleteapaan maksud komen kau di blog aku? "mbok posting cerita neh, mbak?" ???
Tenang aja, aku aja udah hampir 31 taun soal nikah masih cuman bisa dimimpiin aja, lah wong pacar aja gak punya bwahahahahaa.....
ReplyDeleteKalo pernah mimpi ambil yang baiknya yang buruknya buang. hixhixhix
ReplyDeleteAda kalanya batas mimpi dan kenyataan terasa begitu kabur, terutama bila terlalu sering bermimpi.
ReplyDeleteblog aku kadang ngawur, tulisannya bisa gede kecil karepe dewe...
ReplyDeleteeh udah ada lanjutannya... :)
udah ada lanjutannya :D
ReplyDeletemimpinya adalah mimpi setiap perempuan... saya cuma bisa mengaminkan karena semua orang mau sesuatu yang baik terjadi padanya...
ReplyDeletedan mmpi mbak sangat baik ^_^, aku jg pengen mimpi seperti itu... apalagi kalau jadi nyata... hehehe
huhuhu uda ada lamjutannya tuh :)
ReplyDeletesaya sih sering mimpi :D
ReplyDelete