Kira-kira seperti itu judul analisis yang dipresentasikan oleh teman saya di kelas Pop Culture. Siang, 21 des 2011, pukul 11.30 seharusnya sudah mulai. Tapi karena gangguan teknis LCD, kelas jadi molor. Agak ngantuk sebenarnya kalau kuliah di siang bolong sperti itu, tapi judul yang satu ini, buat mata jadi agak segar. Lebih sedikit bergairah. Aku sedang menebak arah analisisnya nanti. Pasti tentang budaya ngopi, nih. Minum secangkir di kopi hangat. Bisa di warung pinggir jalan, angkringan, starbucks, atau kafe manalah. Tapi dasar usil, saya malah nyelutuk "ngopi-paste yah? Atau ngopi film, lagu?"
Gerrr. Sekelas pada tertawa. *guys, ng(c)opi-paste memang sudah mengakut.
Ketika sma saya pernah membaca tentang seorang mahasiswa Yogyakarta, yang suka berdiskusi hingga larut malam, bahkan sampai dini hari, sambil ngopi di jalanan. Mereka berdiskusi banyak, tidak sekedar ngobrol ngalor-ngidul. Hasilnya, jadi esai, opini yang dikirimkan ke koran. Dibukukan juga. Teman-temannya cuma bisa misuh sambil senyum-senyum. 'loh, ini kan yang kita diskusikan semalam.'
Kisah ini, entah datang dari siapa *terimakasih ^_^, telah menanamkan arti dan kesan tentang 'ngopi.'
Pertama kali dikenalkan aktifitas ngopi di tahun pertama perkuliahan.2008-2009. Mas Junk, ketua uapm inovasi, dia yang paling getol ngajak ngopi. Beruntung, seperti yang saya bayangkan, aktivitas ngopi kemudian jadi diskusi liputan *meski gak pernah jalan liputannya, jadi ajang brainstorming, dan pengkaderan. 'kenapa orang islam itu dijanjikan pahala kalau berbuat baik? ', 'kamu tau gak kenapa org mati syahid dijanjikan 72 bidadari?'. Mas Junk biasa melontarkan pertanyaan yang mendorong saya untuk kembali bertanya-tanya dan mempertanyakan.
Dari semester satu sampai tujuh. Dari satu warung ke warung lain. Minimal, ngopi seminggu sekali lah.
Dan siang itu, saya tercengang mendengar presentasi Sholeh. Jauh dari bayangan saya. Yang dia bahas, sejarah biji kopi, positive and negative effect of coffe. Kebiasaan nyeteh -melukis rokok dengan ampas kopi. Dengan Rp2000 percangkir kopi, bisa berjam-jam ngobrol, dan nyeteh, tentu saja. kebiasaan ngopi, yang menurut dia, membuat mahasiswa terlena, berjam-jam ngopi gada juntrungan sampai-sampai melalaikan tugas2 akademik. That's all.
Dhueng!!! Buyar deh semua impresi saya ttg ngopi. Ngopi, berakar dari bahasa jawa. Ngopi, merujuk pada aktivitas meminum kopi *ini menurut saya loh yah, nanti saya verify ke org jawa juga. Bukan sekedar ngombe kopi. Ngopi, sudah menjadi sebuah kebiasaan, aktivitas, atau budaya. Ke sebuah tempat yang meyediakan minuman, mungkin juga makanan, tempat anda bisa mengeksplor apa yang tidak anda pelajari di rumah, surau, sekolah, bangku kuliah. Ada proses dialektika disana. Ngopi tidak selalu beramai-amai, bisa juga sendirian. *Kalo minum kopi di rupah, bisa disebut ngopi gak yah?
Bersama teman-teman uapm inovasi, kami sering janjian ngopi, entah di warung, atau di pinggir jalan. Sering juga di pujasera. Ngomongnya sih 'ngopi, yuk', eh, waktu kumpul minuman yang disajikan pelayan di atas meja malah susu, es teh, jeruk angat, soda gembira dan berbagai jenis minuman bukan kopi.
Jadi, term ngopi, bukan cuma (lagi) milik kata kopi. Sudah menjadi istilah yang bisa diartikan lebih oleh siapa saja, termasuk anda. *noleh kamana? Ya kamu, yang baca ;-).
Presentasi Sholeh memberi saya informasi yang lain. Makna ngopi, jadi berbeda di masing-masing orang atau kelompok. Jika akhirnya dia sampai pada simpulan, berjam-jam ngopi sebaiknya dikurangi, dialokasikan untuk kegiatan akademik misalnya, bisa jadi karena aktivitas ngopi yang dijalaninya tidak berkontribusi positif.
Saya kemudian menarik ingatan pada tempat-tempat ngopi yang pernah saya kunjungi. Di depan meja kami ada lelaki dan perempuan, yang entah kenapa saya sangat yakin mereka adalah sepasang kekasih. Hm, berpacaran. Di sebelah kami, ada gerombol remaja, bermain poker dan ngobrol dengan suara sangat keras. Terdengar juga beberapa orang yang berbicara begitu serius, berapi-api. Rupanya aktivis ekstra kampus. Ada pula suara pelan, lemah dan berjarak seolah sedang berpikir, berkeluh kesah tentang unit kegiatan kampus (UKM). Ditengah keramaian, gerombolan, terselip sosok-sosok dalam kesendirian atau yang menarik diri dari lingkaran. Ditemani minum, lagu, buku, hp, atau laptop. Semuanya, menikmati ngopi dengan cara masing-masing.
No comments:
Post a Comment
silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.
komentar akan muncul setelah disetujui.