Friday, 3 May 2013

Buruh


balaikota Malang, 1 Mei 2012


Sekarang, saya mungkin bukan buruh. Buruh dalam arti sebenarnya (berarti ada arti yang gak sebenarnya). Tapi suatu ketika ada kemungkinan jadi buruh. Kecuali, saya berani memutuskan untuk bekerja yang bukan buruh. Melahirkan komoditas yang bisa menghasilkan uang. Dan dengan uang itu saya bisa memenuhi kebutuhan saya akan komoditas lain.

Mahasiswa semacam saya, sejak masuk sekolah dasar sampai bangku kuliah sudah digadang-gadang oleh orang tua dan kerabat agar kelak jadi buruh. "Nak, kalo sudah besar jadilah arsitek atau dokter." Anak-anak kecil, bahkan sudah diproyeksi kelak jadi apa. Kalo ditanya cita-cita-nya pasti pada bilang jadi polisi, pilot atau dokter dan guru. Jarang-jarang gitu yang mau jadi seniman dan penulis. 

Saya bilang disiapkan jadi buruh. Lah, apalagi coba namanya. Dalam dunia kerja sekarang, kan, hanya ada dua posisi pemilik modal-pemilik tenaga, majikan-buruh, atasan-bawahan.

Mungkin bukan sebagai buruh dalam artian harfiah. Misal tukang nglinting di pabrik rokok atau buruh bathil. Tapi bisa saja jadi buruh bagian HRD, supervisor, manajer, atau guru. Apa pun lah, yang masih di bawah bos posisinya.


Tidak ada maksud menyinggung. Jangan tersinggung kalau yang manajer disamakan dengan buruh kasaran. Sebab toh nyatanya memang begitu. Cuma beda kelas saja. Pengkelasan yang kadang bikin sesama pekerja merasa begitu jauh satu sama lain. Asing. Kalo katanya eyang Marx alienasi.

Bukan itu saja, buruh-buruh ini terasing dari diri mereka sendiri. Buruh manajer, menyunggi kepentingan majikan untuk terus meningkatkan pendapatan dan mengawasi buruh-buruh di bawahnya. Buruh di bagian produksi, menyunggi kepentingan majikan untuk terus bekerja dan bekerja. Bekerja untuk menambah pundi uang-majikan. (Susah juga sih yah jadi buruh kasaran ini. Kerja susah, dibayar dikit. Kalo mogok kerja, perut mau dikasih makan apa?)

Saya heran, kenapa tiap Hari Buruh yang demo mesti pekerja-pekerja bawahan dan mahasiswa saja yang merayakan (aksi). Menurut saya, saat Hari Buruh (1 Mei) kemarin, manajer-manajer, semua pekerja di mana saja mestinya turut berpartisipasi  (dalam aksi) juga dong . Meski mungkin tidak turut merayakan Hari Buruh, itung-itung tenggang rasa sesama buruh gitu… :D



6 comments:

  1. Masalahnya buruh itu pekerja kasar

    Makanya beda dgn karyawan. Coba karyawan kantoran juga termasuk buruh. Maka buruh akan lebih kuat lagi posisi/nilai jualnya

    ReplyDelete
  2. pegawai juga termasuk buruh, buruh kerah putih.
    Sepertinya masalah buruh gak akan ada habisnya ya.

    ReplyDelete
  3. masalahnya.. kalo buruh aja sejahteranya kayak manager ya gimana kalo semua orang milih jadi buruh wk

    ReplyDelete
  4. beda'a dengan tingkat pendidikan & cara berfikir mba,
    saya paling tidak suka dengan yg nama demo, demo tidak akan menyelesaikan masalah, malah menambah rumit masalah. Jakarta sehabis demo MayDay, kondisi'a sampah dimana2, fasilitas umum rusak. Apakah buruh mau bertanggung jawab ?
    kalau tidak mau upah kecil, seharusnya berfikir kreatif & inovatif, bukan demo damai tapi merusak :(

    ReplyDelete
  5. ada banyak mulut yang harus diberi makan. ga semua orang bisa ikut demo kendati sebenarnya hati menjerit <<< curcol XD

    ReplyDelete
  6. masih banyak yang harus dibenahi.
    semoga kesejahtraan, kenyamanan dan keamaan dpat lebih ditingkatkan untuk mereka

    dan sepertinya tahun depan 1 mei dijadikan tanggal merah

    ReplyDelete

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...