Lo masih solat,
kan?
Lo masih percaya tuhan kan?
Lo masih percaya tuhan kan?
Untuk pertanyaan
pertama, saya masih bisa meraba-raba maksudnya; Magrib-magrib gini sms-an ama
gue mulu, emang lu gak solat? Tapi kalo disusul dengan pertanyaan kedua itu,
nunggu sejam ato dua jam kemudian baru saya balas.
Pertanyaannya sih
gampang yah. Mungkin juga yang nanya sekadar iseng-iseng dan keceplosan saja.
Tinggal bilang masih atau tidak aja, saya mikirnya lama banget. Penuh
pertimbangan. Ekspresi muka saya mungkin macam anak gadis ditanya; masih pake
bra (beha) gak?
Kalau kamu sendiri
yang mengajukan pertanyaan "lo masih percaya tuhan, kan?" ke teman
kamu, sebenarnya jawaban apa yang kamu ingin dengar. Atas maksud apa kamu
bertanya seperti itu?
Apatah kamu akan
berucap," alhamdulillah, puji tuhan," ketika dia jawab masih percaya.
Lantas, akankah kamu menjauhi teman kamu jika dia bilang tidak. Mungkin kamu
justru akan semakin mendekatinya, untuk menyerunya kembali di jalan yang benar…
Bagaimana caranya
kita mengukur kepercayaan? Bilang "iya", apatah itu memang berarti
saya percaya. Dan bilang "tidak",
apa itu mewakili ketidakpercayaan.
Teman saya yang
nanya ini, mungkin akan sangat girang jika saya bilang, "ya iya, masihlah,
boi. percayaaa banget." Sayangnya
saya tidak tega mengggembirakan dirinya
dengan kebohongan saya.
Saya memang percaya.
Selalu percaya.
Tapi, selalunya itu
tidak selalu pake banget. Kadarnya berbeda tiap detik, menit, hari. Waktu.
Kadang ia begitu kuat, kadang lindap. Yang saya yakini, kepercayaan itu selalu
ada di antara reruang hati. Dan saya (akan) selalu berusaha menjaganya agar
baranya terus menyala menerangi hidup saya.
Lisan memanga sangat gampang untuk bilang "percaya", tetapi realisasinya terkadang tidak segampang apa yang terucap. Tetapi, kalau ini ada hubungannya dengan keraguan, Imam Al-Ghazali pernah berkata bahwa "keraguan adalah awal dari keyakinan".
ReplyDeleteiman itu tidak sekedar bertambah dan berkurang tapi bisa keluar dan masuk dalam hati manusia...
ReplyDeletekatanya sih semakin ragu maka akan semakin yakin...
ReplyDeleteenggak taulah, masih malas bermain-main paradoks
*eh, ini gak OOT loh ya.. :D
dibales aja: uuu kacitau ga yaaah <<< alay
ReplyDeletehei nov, iya pasarannya dewasa cerita aku yg flame to dust ayo diikutin yaaa
ya bilang saja percaya, biar ga disalahartikan
ReplyDelete