dari sini nie |
Langit di luar tidak
mendung sayang, tak ada awan kelabu.
Tapi ini malam
kelabu kesekian yang kau torehkan.
Kau berlalu
meninggalkanku, yang hanya dapat menatap punggungmu. Menjauh.
Aku, sayang, seperti
musik latar toko buku ini.
Musik instrumental.
Aku.
Tanpa lirik. Tak
bersuara. Ingin berteriak agar kau berhenti. Paling tidak menoleh saja.
Tak ada jeritan.
Suaraku tercekat. Menderu, menggebu. Dalam dada saja. Banyak kata yang akhirnya tak tersampaikan. Yang harusnya kau dengar. Agar kau mengerti. Biar
sadar.
Dan bayangmu,
tinggal titik kecil di antara kerumunan di luar sana.
Musik instrumen.
Aku. Terpaku di satu dimensi. Tenggelam dalam ribuan kata, amarah, sedih, cinta
dan cacian. Semuanya, tak pernah mencapai hatimu.
Sayang, aku merasa
seperti putri duyung yang didongengkan eyang Hans C. Andersen.
Kau ingat? Putri
duyung itu menggadaikan suaranya pada si tukang sihir. Agar ia bisa bertemu
pangerannya. Dia tak pernah bisa menyampaikan cinta pada sang pangeran.
Pangeran tak pernah tahu.
Begitu juga aku,
sayang. Tak pernah ada cukup kata untuk bilang aku sayang kamu. Juga tak pernah
ada cukup kata untuk bilang aku benci kamu saat ini saja. Saat kau membiarkanku
menatap punggungmu menjauh.
Air mata putri
duyung sayang, bisa berubah jadi mutiara. Andaikan air mataku juga dapat
berubah, aku pinta hanya satu; air mataku dapat membawamu kembali. Kembali.
Malam
minggu kelabu di gramedia...
keren dah..
ReplyDeletetrims, riyan.... ^_^
Delete