Suatu sore Ludwig van Beethoven dan seorang temannya sedang berjalan-jalan. Ketika mereka melewati jalan sempit nan gelap, terdengar alunan musik dari sebuah rumah kecil.
"Sst!" kata Beethoven, "ini salah satu karya terindahku."
Tiba-tiba ada suara berkata, "aku tidak bisa memainkan lagi –ini teramat indah! Aku berharap bisa mendengar karya ini dimainkan oleh seseorang yang pantas melakukannya."
Tanpa sepatah kata, Beethoven dan temannya memasuki rumah tersebut. Rumah seorang tukang sepatu miskin. Sesosok gadis muda duduk di hadapan piano.
"Permisi," ujar Komposer hebat tersebut. "Saya pemusik. Saya dengar kamu bilang ingin mendengar seseorang memainkan karya yang baru saja kamu mainkan. Maukah kamu mengijinkan saya memainkannya untukmu?"
"Terima kasih sekali", jawab si Gadis, "tapi piano kami sudah tua. Lagipula kami tidak punya lembaran musik".
"Tidak ada lembar musik? Lantas, bagaimana kamu memainkannya?" tanya Beethoven.
Gadis tersebut memalingkan wajahnya menghadap sang maestro besar. Diamati lebih dekat, dia tau bahwa si gadis ternyata buta.
"Aku memainkannya berdasar memori", ujar si gadis.
"Dari mana kamu mendengar karya yang baru saja kamu mainkan tadi?"
"Aku biasa mendengar seorang perempuan sedang berlatih dekat rumah lama kami. Selama sore musim panas, jendelanya terbuka, lalu aku berjalan ke sana dan dari mendengarkannya dari luar". Jawab si gadis.
Beethoven duduk di depan piano. Si gadis buta dan saudara laki-lakinya dengan terpesona mendengarkan permainan sang maestro. Pada akhirnya si tukang sepatu datang mendekat dan bertanya, "Anda siapa?"
Beethoven tidak menjawab. Si tukang sepatu mengulang pertanyaannya, dan sang maestro tersenyum. Ia mulai memainkan karyanya yang coba dimainkan si gadis.
Semua yang mendengar menahan napas. Ketika permainan usai, mereka berteriak, "andalah maestro itu! Anda adalah Beethoven".
Ia bangkit untuk pergi, tapi mereka menahannya kembali. "Mainkahlah untuk kami sekali lagi –hanya sekali saja", pinta mereka.
Ia kembali duduk di depan piano. Cahaya cerlang bulan bersinar di dalam kamar kecil nan sederhana.
"Saya akan menggubah sebuah sonata untuk sinar bulan", katanya. Untuk beberapa saat ia memandang penuh perhatian pada langit cerah yang diterangi bulan dan kerlip bintang. Kemudian jemarinya berpindah dari tuts-tuts piano yang terlihat tua. Lewat nada rendah, sedih, dan manis, ia memainkan karya barunya. Akhirnya, ia menyorong kembali kursinya, dan sambil berbalik menuju pintu ia berkata, "selamat tinggal semua!"
Ia berhenti dan memandang lembut wajah si gadis buta. "Ya, aku akan datang lagi untuk mengajarimu musik. Selamat tinggal! Aku akan segera kembali!"
Beethoven berkata pada temannya, "ayo bergegas agar aku bisa menuangkan sonata ini selagi aku masih mengingatnya!"
Begitulah bagaimana karya terkenal Ludwig van Beethoven "Moonlight Sonata" tercipta.
Diterjemahkan dari "The Moonlight Sonata"
No comments:
Post a Comment
silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.
komentar akan muncul setelah disetujui.