6 dari 10 ojek yang saya tumpangi, para tukang ojek tersebut mengajukan pertanyaan yang nyaris sama. "Namanya siapa, cewek?", "boleh kenalan?" dan "boleh minta nomor hp?"
Sebagai perempuan, saya sama sekali tidak merasa tersanjung. Apalagi merasa GR, cantik, dan seksi, hingga pantas digoda. Jujur, saya justru merasa tidak aman, tidak nyaman, dan dilecehkan. Ada urusan apa dia mau kenalan dan minta nonor hape segala. Baru juga naruh pantat di ojeknya bebebrapa menit.
Apalagi akhir-akhir ini marak terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak di kota Tual. Dalam beberapa kasus, pelakunya adalah tukang ojek. Kabar terakhir, seorang siswi SD diperkosa tukang ojek di seputaran Watdek, Langgur.
Pernah juga, saat pulang malam mingguan bersama sepupu perempuan saya, saya sudah sampai di rumah, sementara dia tak kunjung tiba. Setelah menunggu beberapa saat ia menghubungi dan minta dijemput di dealer yang tak jauh dari rumah. Rupanya, dia mencium hal yang tidak beres dari tukang ojek ini. Rute yang diambil, berbeda dari biasanya. Tukang ojeknya mengambil jalur yang sepi, dan jendak melewati jalan yang jauh dari rumah penduduk. Belum lagi, aroma minuman keras menguar dari si tukang ojek.
Ketika tiba di perempatan, selagi si tukang ojek sedang berhenti, memperhatikan kanan kiri, sepupu saya langsung lompat dari motor dan lari ke kios terdekat...
Sejak saat itu, saya selalu hati-hati memilih ojek. Buat teman-teman yang tinggal di Tual, atau siapapun, yang rumahnya hanya dilalui ojek, saya punya beberapa tips buat kalian.
Pertama, saya selalu memastikan untuk melihat dengan jelas wajah tukang ojeknya, kalo yang pakai masker atau helm tertutup jarang saya stopin.
Kedua, saya biasanya milih tukang ojek bapak-bapak, kalau anak muda atau kakek-kakek suka usil.
Ketiga, saya seringkali milih tukang ojek muka-muka perantauan, macam orang jawa, sumatra, bugis atau buton. Bukan apa-apa sih, kalau orang rantau kan serius bekerja, jadi kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan-tindakan di luar pekerjaan.
Keempat, hafalkan nomor plat ojek yang kamu tumpangi. Terakhir, yang aman menurut saya, simpan nomor kebaln atau saudara kamu yang berprofesi sebagai tukang ojek. Selagi butuh, tinggal panggil saja.
Sekali lagi, jangan sampai tergoda untuk menanggapi pertanyaan tukang ojek yang ngajak kenalan atau minta nomor hape. Menurut saya, gada hal baik yang datang dari orang yang langsung minta nomot hape, padahal kenal aja enggak...
Sebagai perempuan, saya sama sekali tidak merasa tersanjung. Apalagi merasa GR, cantik, dan seksi, hingga pantas digoda. Jujur, saya justru merasa tidak aman, tidak nyaman, dan dilecehkan. Ada urusan apa dia mau kenalan dan minta nonor hape segala. Baru juga naruh pantat di ojeknya bebebrapa menit.
Apalagi akhir-akhir ini marak terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak di kota Tual. Dalam beberapa kasus, pelakunya adalah tukang ojek. Kabar terakhir, seorang siswi SD diperkosa tukang ojek di seputaran Watdek, Langgur.
Pernah juga, saat pulang malam mingguan bersama sepupu perempuan saya, saya sudah sampai di rumah, sementara dia tak kunjung tiba. Setelah menunggu beberapa saat ia menghubungi dan minta dijemput di dealer yang tak jauh dari rumah. Rupanya, dia mencium hal yang tidak beres dari tukang ojek ini. Rute yang diambil, berbeda dari biasanya. Tukang ojeknya mengambil jalur yang sepi, dan jendak melewati jalan yang jauh dari rumah penduduk. Belum lagi, aroma minuman keras menguar dari si tukang ojek.
Ketika tiba di perempatan, selagi si tukang ojek sedang berhenti, memperhatikan kanan kiri, sepupu saya langsung lompat dari motor dan lari ke kios terdekat...
Sejak saat itu, saya selalu hati-hati memilih ojek. Buat teman-teman yang tinggal di Tual, atau siapapun, yang rumahnya hanya dilalui ojek, saya punya beberapa tips buat kalian.
Pertama, saya selalu memastikan untuk melihat dengan jelas wajah tukang ojeknya, kalo yang pakai masker atau helm tertutup jarang saya stopin.
Kedua, saya biasanya milih tukang ojek bapak-bapak, kalau anak muda atau kakek-kakek suka usil.
Ketiga, saya seringkali milih tukang ojek muka-muka perantauan, macam orang jawa, sumatra, bugis atau buton. Bukan apa-apa sih, kalau orang rantau kan serius bekerja, jadi kecil kemungkinan untuk melakukan tindakan-tindakan di luar pekerjaan.
Keempat, hafalkan nomor plat ojek yang kamu tumpangi. Terakhir, yang aman menurut saya, simpan nomor kebaln atau saudara kamu yang berprofesi sebagai tukang ojek. Selagi butuh, tinggal panggil saja.
Sekali lagi, jangan sampai tergoda untuk menanggapi pertanyaan tukang ojek yang ngajak kenalan atau minta nomor hape. Menurut saya, gada hal baik yang datang dari orang yang langsung minta nomot hape, padahal kenal aja enggak...
hiii ngeri amat ya. kenapa nggak naik angkot aja btw?
ReplyDeleteIya. Di rumahku udah lama gada angkot yg broperasi. Sekalinya da yang lewat, didemo tukang ojek. Hoho
ReplyDeleteWah, seram juga ya. Di daerahku gak ada ojek, tapi aku langganan taksi. Nah, belakangan muncul juga berita tentang penjahat yang sembunyi di bagasi taksi. Haduh... :(
ReplyDeleteJadi pengen latihan beladiri. biar aman ke mana~mana.
Deletetampar aja mbak :))
ReplyDeletenovi gimana kabarnya? baik? kalau malam sebaiknya jgn perjalanan jauh. dimana-mana skrg ga aman. siang aja ga aman apalagi malam...
ReplyDeleteseremmm
ReplyDeletenovi apa kabar? sehat?
ReplyDelete