Wednesday 23 March 2011

yang terbaik #3

Si gadis ingin segera menyudahi perang dingin yang melanda keluarganya. Ia sudah bosan melihat ulah laku kedua orang tuanya. Jika berpapasan, langsungsung membuang muka. Si gadis tahu, sekarang meski serumah, tapi sebenarnya mereka sudah lama pisah ranjang. Mami tetap tidur di kamar utama, sedang papi lebih sering menghabiskan waktu di ruang kerja. Ada kasur lipat, berjejalan dengan kaleng-kaleng cat, palate, dan kuas-kuas yang berserakan.

“Mereka dulu dijodohkan. Masih saudara jauh.” Kata neneknya suatu hari. Oh, ceritanya biar merekatkan kembali kedua belah pihak keluarga besar. Kalo begitu saat aku lahir, harusnya mereka sudah boleh berpisah. Kan, sudah ada aku.

Saat si gadis masih berumur enam tahun, orang tuanya bertengkar hebat. Meski tidak memecahkan gelas, melempar panci, menendang kursi, atau meninju cermin di kamar mandi seperti biasanya, namun pertengkaran inilah yang terhebat. Akumulasi dari sekian banyak pertengkaran kecil-besar. Mereka berdua hanya mengucapkan satu kata bersamaan, “cerai!!!”

Yang dipanggil gadis kecil sebagai papi lalu meninggalkan rumah. membawa serta travel bag kecil. Ia mengantar sampai ke depan pintu.

“Papi, sukses, ya! Jangan lupa oleh-oleh. Da-da, Papi....” ia melambaikan, senyumnya semakin lebar. “I love you, Papi.” Ia sangat senang melepas keberangkatan ayahnya.

Tiga hari kemudian ia dikejutkan dengan kedatangan keluarga besar mami dan papinya. Mbak Susi, adik ibunya, diminta untuk mengantarkan si gadis ke hotel tempat ayahnya menginap. Ia semakin terkaget-kaget.

“Kalian ini....” Opa Josep memandang anaknya, papi, tajam. Lalu berganti manatap menantunya. “Anak masih kecil, ingusan, udah main ditinggal, saja.”

“Benar itu. Tidak baik untuk perkembangannya.” pasti yang dimaksud Kakek Lim itu aku, batin si gadis. Orang mengira gadis yang duduk di pangkuan mbak susi itu tidak mengerti apa-apa. Sesungguhnya, dialah yang paling mengerti, bukan mereka.

“Pikirkan lagi, jangan melulu kepentingan kalian yang di utamakan.” Kelak ketika di dalam kamar ia mendengar ibunya berkata; huh, aku menikah juga karena kepentingan kalian, kan? Brengsek!

No comments:

Post a Comment

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...