Wednesday 17 October 2012

nak-kanak sampang


Setelah tiba di Sampang, Madura,  saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan untuk membantu para penyintas di Gor Sampang. Bermodal sedikit nekat, Asrus, Arif, Fifink dan saya mendaftarkan diri jadi relawan. Saya tidak punya pengalaman jadi relawan sebelumnya. Saya tidak punya keahlian apa-apa. Saya hanya bisa bermain dengan anak-anak dan mejadi teman yang baik.

Rabu pagi, 5 September, awal pertama saya bertemu anak-anak. Kebetulan guru yang biasanya mengajar belum tiba. Bersama Nira, satu-satunya dokter yang ada, Mbak Anisa, Mbak Sundari, dan satu orang lagi aktivis gus durian (haduh, maafkan saya yg pelupa ini), kami lantas membuatkan susu dan membagikan biskuit untuk ke anak-anak.

Saya sebenarnya ingin bermain dengan para balita di PAUD, tapi sudah ada guru-nya. Jadinya saya pindah posisi ke tenda sebelah --sekolah darurat untuk anak SD.

Jangan dikira lantaran di sekolah saya lalu harus menjadi guru. Saya tetap memposisikan diri sebagai teman bermain (halah, emang aku gak bisa ngajar). Kami bermain apa saja, bermain role play guru-murid -saya yang jadi gurunya, hokey-pokey, sampai potong bebek angsa dan bernyanyi. Di lain hari kami belajar berbalas pantun. Kalau soal pantun, anak-anak jago sekali.


Biasanya setiap pagi ada perpustakaan keliling yang sengaja didatangkan hingga siang hari, jam sekolah selesai. Saya kadang membacakan buku certita untuk anak-anak. Oh, bukan membaca, mengarang sebenarnya. Soalnya anak-anak suaka nanya gini, "kuk gak ada di gamabar?"

Meski baru kenal beberapa hari, anak-anak ada yang lengket dan suka ngintil saya kemana-mana. Ada Nurul yang hobi pinjam hape saya buat foto Bu Dokter, dia bilang kalau sudah besar dia juga mau jadi dokter. Dia ini juga yang mau nemenin saya ngantri mandi. 

Jelis (tulisnya gampang, lafalinnya susah banget. Harus cocok sama cengkok Madura), dia ini yang paling sering ngintil saya, suka ngajak ngobrol, tapi saya sama sekali tidak paham bahasa Madura, parahnya dia juga sama sekali tidak menguasai bahasa apa pun selain bahasa Madura. Saya harus sering-sering tanya temannya "dia bilang apa?". Bahasa isyarat jadi sarana tepat untuk kami berdua. Tadi, pagi-pagi sekali dia menghampiri saya, ia menyodorkan tangannya yng penuh karet gelang sisa bungkus nasi di tangannya. Ia menggumamkan sesuatu, tapi saya tidak paham. Tapi dari karet gelang di tangannya saya maklum :: ini karetnya sudah tambah banyak, sudah bisa dirangkai buat lompat tali. malam sebelumnya saya emang iseng ngambil karetnya lalu saya jalin, tapi terlalu pendek kalau mau dipakai main lompat tali. Pagi ini, dia bahagia sekali mengajak saya bermain lompat tali.

Teman kecil saya yang lain ada si Rohil, borok di lehernya membuka mata saya; bukan dia satu-satunya penyintas di Gor Sampang ini yang kena tomcat. Kondisi penyintasan belum kondusif benar, semua orang tumplek-blek jadi satu. Baru ketika relawan YEU datang, penyintas dibuatkan shelter yang lebih rapi. Semua penyntas didata ulang, setiap rumah tangga dibuatkan shelter sesuai kebutuhan dan jumlah anggota keluarga.     



Saya juga bertemu si kembar Sughro dan Kubro yang selalu ketakutan tiap kali didekatin orang baru. Setiap kali saya mendekati dua bocah berumur dua tahun ini, mereka akan menghindar, mencari-cari kakaknya. Di kemudian hari, ketika punya kesempatan ngobrol dengan kakaknya, Siti Romlah, saya baru tahu kenapa si kembar ini trauma dengan orang baru. 

Masih ada beberapa teman kecil saya seperti Hikmah, Ayu, Isrofil, Hawa' dan beberapa lain yang belum saya hafal betul nama dan rautnya. Sayang, saya tidak bisa berada lebih lama di sana seperti yang sudah saya rencanakan bersama my partners in crimes. Saya harus segera pulang ke Tual karena suatu alasan, padahal belum genap seminggu saya di Sampang. Hingga saat ini selalu ada keinginan untuk kembali menemui teman-teman kecil saya. Dan saya juga berdoa, agar kelak mereka bisa kembali ke kampung halaman mereka; tanah leluhur mereka dimakamkan, dan tempat mereka dilahirkan (Pram).

2 comments:

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...