Friday 23 August 2013

perjalanan ke timur


langit dan laut, setiap hari



Perjalanan pulang kali ini saya anggap perjalanan wisata. Dengan KM Tidar saya berlayar ke Tual. Kapal ini milik PT. Pelni. Ia murah dan merakyat. Cukup Rp500 ribu, saya sudah bisa dapat tiket ekonomi tujuan Tual. Penumpang senantiasa padat. Kalau tidak cepat, kadang-kadang tidak dapat tempat tidur yang sudah disediakan. Banyak yang akhirnya bersyukur bisa tidur di depan ruang informasi, sekitar mushala, bahkan di tangga-tangga dek. Bagi penumpang yang menginginkan perjalanannya lebih aman, nymana dan sedikit mewah, bisa membeli tiket kelas 3, 2, 1 atau VIP.   
port of makassar

KM Tidar bertolak dari Tanjung Perak, Surabaya, melewati Makassar, Bau-bau, Ambon, Banda Naira, hingga akhirnya tiba di pelabuhan Yos Sudarso-Tual. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Ia akan singgah di masing0masing  pelabuhan sekitar 2-3 jam lamanya. Tergantung jumlah muatan dan penumang tiap pelabuhan. Semakin banyak, semakin lama.  
masih di pelabuhan makassar



Itulah yang saya tunggu~tunggu selama perjalanan. Saya akan menyempatkan diri berjalan~jalan sebentar sekitar pelabuhan. Pertama~tama dicari, tentu saja rumah makan. Pedagang kaki lima pun jadi. Selama di laut, saya benar~benar tidak pernah menyentuh jatah makanan yang disediakan kapal --tahu lah macam apa makanan yang dimasak untuk sekian ribu orang. Paling hanya buah dan sedikit makanan kafetaria untuk mengganjal perut.   

lama-lama jadi suka foto laut-langit...

Di Makassar, bisa menikmati kuliner khas seperti Coto Makassar yang terkenal itu. Kalau saya paling ngiler saat tiba di Bau~bau. Sangkola alias suami, dibuat dari olahan ketela singkong, bentuknya kayak gunung. Enak dimakan selagi hangat, sebagai pengganti nasi. Jangan lupa pesan ikan bakar yah ;) 

 
meninggalkan bau-bau yang mendung

Semakin ke timur, wisata kuliner ikannya semakin beragam. Kebetulan ketika sampai Ambon, sudah banyak rumah makan yang tutup. Biasanya warung-warung ini selalu sedia ikan bakar.
 
Terakhir, sebelum masuk Tual, ada satu pulau lagi yang disinggahi kapal. Pulau Banda Naira. Di sini, bukan perut saja yang bisa dipuasin. Kalau kamu termasuk pencinta sejarah, Banda tempatnya. Keluar pelabuhan langsung disambut museum dan masjid untuk mengenang Bung Hatta dan Bung Syahrir. Keduanya dulu pernah diasingkan di pulau Banda. Semakin masuk, semakin banyak tempat yang ditemui, salah seperti rumah bekas pengasingan Hatta-Syahrir, rumah budaya dan beberapa bangunan kuno yang masih dilestarikan. Puncaknya, benteng Belgica yang bisa ditempuh dengan ojek, becak, atau jalan kaki kalau kuat :)

 
meninggalkan gunung banda

Laut banda juga indah, ia terkenal dengan lautnya yang dalam. Mau nyelam atau renang sepertinya juga bisa, tapi belum pernah lihat penumpang nekat berenang @.@


Jangan heran yah liat foto-fotomya... Namanya juga di kapal. Kalau di dalam dek, kanan-kiri muka-belakang yang tampak depan mata adalah manusia dan beraneka barang bawaan. Keluar dek, sepanjang mata memandang hanya laut menghampar dan langit memayung. Jadi, jangan sampai kamu ketiduran saat kapal sedang berlabuh…. 

meninggalkan banda, menuju tual..

2 comments:

  1. lah, berat badan gak nambah itu? tiap singgah yang dicari cuman makanan... hehehe

    ReplyDelete

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...