Sunday 26 May 2013

Sudirman Cup


Lihat si Owi dan Butet nihh. Sama-sama machonya. Haha... kalo kata Ipeh, Owi tambah cakep dengan jenggotnya.

Saya sedang berbahagia sekaligus sedih…

Berbahagia karena akhirnya bisa nonton pertandingan bulutangkis setelah melewatkan beberapa perlombaan terakhir. Bukan nonton langsung di stadion sih, tapi lihat di tipi ajah. Itu juga cuma lihat satu partai pertama pertandingan Quartal Final Sudirman Cup. Indonesia melawan China; Owi-Liliyana vs Xu/Ma.

Indonesia ketemu China sebelum Final itu celaka 13! Saingan berat. Sudirman Cup pertama kali digelar di Jakarta tahun 1989, Indonesia keluar sebagai pemenangnya kala itu. Setelah itu Indonesia belum pernah memenangkan kembali tropi pada ajang yang diselenggarakan dua tahun sekali. Paling Banter jadi runner-up, sementara Chinasudah 8 kali jadi juara.

Waktu QF Sudirman Cup berlangsung, saya sedang mengantar mama saya ke pelabuhan, dan numpang nonton di salah satu warung. Gak enak kan nonton lama-lama padahal hanya pesan segelas es susu coklat… Demi melihat Owi dan Butet (Liliyana) menang, rasanya sudah lebih dari cukup.
Pertandingan sisanya, Ipeh, Mas Cecep dan Puput menontonkannya untuk saya. Mereka berbaik hati melaporkan setiap perekembangan lewat SMS, WA atau Facebook.
Kalau sedihnya, lebih karena Sudirman tidak bisa pulang ke Indonesia maning. Indonesia lagi-lagi kalah dari tim China, 3-2.

Kalau foto yang di bawahnya ini, aku dapat dari link yang dibagi mas Cecep... padahal ini media resmi loh, bisa-bisanya yah nulis Indonesia "INDONS"...


Saturday 18 May 2013

menyesali


Aku ingin kamu tahu, karena kucinta kau, bahwa kau selalu menghadirkan sendu dan pilu atas ingatan dan kenangan tentangmu. Bukan kesedihan karena perpisahan. Melainkan hati yang mungkin menyesali diri -- pernah jatuh hati kepadamu.

Apa yang kaurasakan jika kautahu ini...?

Monday 13 May 2013

i'm into you

sebenarnya hari ini, 11 Mei, sama saja bagi saya. tidak ada yang istimewa di hari wisuda. tapi bagi keluarga saya ini sangat istimewa. nilai skripsi, sudah tahu. ipk, cumlaude. saya sudah tahu jauh sebelum wisuda. yah saya anggap ini semacam resepsi saja.

justru, hari ini sedikit sendu. saya selalu mengingat bapa saya yang telah tiada. kelulusan ini, saya hadiahkan kepada bapa. saya tahu, dialah orang yang sangat berbahagia.

dia yang selalu menyiapkan sekolah saya. yang menyiapkan seragam saya selalu bersih, tersetrika rapi. yang selalu membersihkan sepatu saya. melebihkan uang jajan saya kalau sedang sekolah. yang paling rajin membelikan buku-buku pelajaran saya. dia, yang selalu berseri-seri saat menerima raport saya.

bapa, ufweknon li rek o, bap.

Friday 3 May 2013

Buruh


balaikota Malang, 1 Mei 2012


Sekarang, saya mungkin bukan buruh. Buruh dalam arti sebenarnya (berarti ada arti yang gak sebenarnya). Tapi suatu ketika ada kemungkinan jadi buruh. Kecuali, saya berani memutuskan untuk bekerja yang bukan buruh. Melahirkan komoditas yang bisa menghasilkan uang. Dan dengan uang itu saya bisa memenuhi kebutuhan saya akan komoditas lain.

Mahasiswa semacam saya, sejak masuk sekolah dasar sampai bangku kuliah sudah digadang-gadang oleh orang tua dan kerabat agar kelak jadi buruh. "Nak, kalo sudah besar jadilah arsitek atau dokter." Anak-anak kecil, bahkan sudah diproyeksi kelak jadi apa. Kalo ditanya cita-cita-nya pasti pada bilang jadi polisi, pilot atau dokter dan guru. Jarang-jarang gitu yang mau jadi seniman dan penulis. 

Saya bilang disiapkan jadi buruh. Lah, apalagi coba namanya. Dalam dunia kerja sekarang, kan, hanya ada dua posisi pemilik modal-pemilik tenaga, majikan-buruh, atasan-bawahan.

Mungkin bukan sebagai buruh dalam artian harfiah. Misal tukang nglinting di pabrik rokok atau buruh bathil. Tapi bisa saja jadi buruh bagian HRD, supervisor, manajer, atau guru. Apa pun lah, yang masih di bawah bos posisinya.


Tidak ada maksud menyinggung. Jangan tersinggung kalau yang manajer disamakan dengan buruh kasaran. Sebab toh nyatanya memang begitu. Cuma beda kelas saja. Pengkelasan yang kadang bikin sesama pekerja merasa begitu jauh satu sama lain. Asing. Kalo katanya eyang Marx alienasi.

Bukan itu saja, buruh-buruh ini terasing dari diri mereka sendiri. Buruh manajer, menyunggi kepentingan majikan untuk terus meningkatkan pendapatan dan mengawasi buruh-buruh di bawahnya. Buruh di bagian produksi, menyunggi kepentingan majikan untuk terus bekerja dan bekerja. Bekerja untuk menambah pundi uang-majikan. (Susah juga sih yah jadi buruh kasaran ini. Kerja susah, dibayar dikit. Kalo mogok kerja, perut mau dikasih makan apa?)

Saya heran, kenapa tiap Hari Buruh yang demo mesti pekerja-pekerja bawahan dan mahasiswa saja yang merayakan (aksi). Menurut saya, saat Hari Buruh (1 Mei) kemarin, manajer-manajer, semua pekerja di mana saja mestinya turut berpartisipasi  (dalam aksi) juga dong . Meski mungkin tidak turut merayakan Hari Buruh, itung-itung tenggang rasa sesama buruh gitu… :D



Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...