Sunday 22 January 2012

cerita putri duyung

dari sini nie


Langit di luar tidak mendung sayang, tak ada awan kelabu.

Tapi ini malam kelabu kesekian yang kau torehkan.

Kau berlalu meninggalkanku, yang hanya dapat menatap punggungmu. Menjauh.

Aku, sayang, seperti musik latar toko buku ini.
Musik instrumental. Aku.
Tanpa lirik. Tak bersuara. Ingin berteriak agar kau berhenti. Paling tidak menoleh saja.
Tak ada jeritan. Suaraku tercekat. Menderu, menggebu. Dalam dada saja. Banyak kata yang akhirnya tak tersampaikan. Yang harusnya kau dengar. Agar kau mengerti. Biar sadar.
Dan bayangmu, tinggal titik kecil di antara kerumunan di luar sana.

Musik instrumen. Aku. Terpaku di satu dimensi. Tenggelam dalam ribuan kata, amarah, sedih, cinta dan cacian. Semuanya, tak pernah mencapai hatimu.

Sayang, aku merasa seperti putri duyung yang didongengkan eyang Hans C. Andersen.
Kau ingat? Putri duyung itu menggadaikan suaranya pada si tukang sihir. Agar ia bisa bertemu pangerannya. Dia tak pernah bisa menyampaikan cinta pada sang pangeran. Pangeran tak pernah tahu.
Begitu juga aku, sayang. Tak pernah ada cukup kata untuk bilang aku sayang kamu. Juga tak pernah ada cukup kata untuk bilang aku benci kamu saat ini saja. Saat kau membiarkanku menatap punggungmu menjauh.

Air mata putri duyung sayang, bisa berubah jadi mutiara. Andaikan air mataku juga dapat berubah, aku pinta hanya satu; air mataku dapat membawamu kembali. Kembali.



                 Malam minggu kelabu di gramedia...

2 comments:

silakan tinggalkan jejak. agar aku tahu kamu di sana.

komentar akan muncul setelah disetujui.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...